Sunday, June 23, 2013

Seperti Anak- Anak

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan bahwa rakyat Singapura seperti anak- anak karena banyak mengadu mengenai asap dari Sumatra.

Pada awalnya, saya berpikiran itu keren. Indonesia, direpresentasikan oleh Menteri ini, berani dan tidak takut terhadap Singapura. Sikapnya ini dibarengi dengan Menlu Marty Natalegawa yang menolak meminta maaf atas perkara ini.

PM Lee dari Singapura merespon dengan diplomatis, mengatakan lebih baik bekerja daripada bertukar kata buruk.

Namun saya penasaran apa reaksi masyarakat Singapura. Maka saya pergi ke situs koran mereka, The Straits Times.

Rupanya, berita ini masuk sebagai berita yang terpopuler dan paling banyak dikomentari.

Ketika saya buka komentarnya dan mulai membaca, seluruh isi komentar adalah makian. Makian kepada Agung Laksono dan kepada Indonesia.

Akhirnya saya mengubah pola pikir saya.

Dulu, ketika saya masih anak- anak, saya senang sekali mengadukan kesalahan teman kepada ibu guru. Alhasil, teman tersebut memusuhi saya dan saya tidak memiliki banyak teman. Kemudian saya belajar untuk tidak mengadu dan menjadi cuek.

Perilaku ini ditanamkan kepada setiap anak- anak di Indonesia bahwa mengadu adalah tidak baik.

Alhasil, lihatlah sekarang. Dengan tidak mengadu dan menjadi acuh, lihat negara ini sekarang. Kacau tidak jelas, dari hal yang paling kecil, sampai yang besar.

Sampah dimana-mana, perilaku lawan arus dimana- mana. Kerusakan berbagai fasilitas dimana- mana.

Semua dibiarkan begitu saja.

Karena masyrakat tahu, tetapi diajarkan untuk tidak peduli. Untuk tidak mengadukan kepada penegak hukum setiap pelanggaran tersebut.

Dari pernyataan Agung Laksono tersebut, terkesan bahwa Indonesia sudah dewasa, sudah bisa mengendalikan semuanya sendiri. Tapi nyatanya tidak.

Cukup disayangkan, semua negara maju sekarang ini, rakyatnya adalah pengadu.

Kesimpulannya? Negara ini terbelakang karena penduduknya sendiri yang tidak peduli.

Beranikah mengadu? Tidak, itulah Indonesia.

No comments: