Saturday, June 29, 2013

Di Balik Pencakar Langit Ibukota

Apa yang kita lihat di jalan MH Thamrin, Sudirman, Satrio dan Setiabudi adalah suatu kegagahan.
Geliat ekonomi Indonesia yang bertumbuh dan bertumbuh.

Pencakar langit berusaha menggapai setinggi langit.
Gedung megah nan modern dibangun terus di kawasan tersebut.

Namun, melihat ke balik itu, apa yang kita lihat?

Tiada lain selain kawasan yang tidak tertata.
Berbagai macam bangunan penyokong pencakar langit yang tidak terlihat.

Rumah kos, warung makan, kaki lima, semua menyatu di sekitar pencakar langit.
Merekalah geliat ekonomi sebenarnya.

Coba pikir, tanpa keberadaannya, betapa mahal biaya bagi orang di pencakar langit tersebut, untuk memenuhi kebutuhannya.

Bila ratusan ribu menyandarkan diri pada pencakar langit tersebut..
Maka jutaan orang menyandarkan diri pada penyokongnya.

Mulai dari pekerja di pencakar langit, orang yang memiliki usaha penyokong, dan keluarganya.

Ketika keduanya menyatu, inilah wajah ibukota sebenarnya.

A Stress Free Working Enviroment

Jadi mulai Kamis lalu, tanggal 20 Juni 2013, gw mulai magang di sebuah firma hukum di Setiabudi, untuk masa magang sampai akhir Agustus, which means, no holiday.

Awalnya, gw berpikir itu akan menjadi keputusan yang mengecewakan, di tengah sedang komplitnya sepupu yang dari Kanada dan Belanda pulang. Namun, kenyataannya tidak begitu. Apa yang sudah berjalan seminggu ini, sangat menyenangkan dan berbeda dengan magang terdahulu.

Magang ini diawali dengan permintaan interview lebih dahulu. Yang gw pikir, interviewnya hanya sekali. Ternyata dua kali! Jujur pada poin itu, gw bete maksimal. Mengapa pula harus interview dua kali, padahal hanya magang biasa. Sampai saat ini, jawabannya belom ketemu. Entaran saja lah bertanya kalo sudah cukup lama...

Hari pertama. Baru mendudukan diri di kursi kantor kurang lebih satu jam, eh ternyata sudah harus berpergian ke Mayapada Tower di Sudirman. Rupanya ke tempat klien dan diminta mengerjakan tugas yang diberikan di sana saja. Jadilah pergi ke sana dan ternyata asik juga ya, ga nyangka begini.

Selanjut- lanjutnya, tetep di kantor aja. Nah, apa dong yang bikin stress free? Apalagi kalo bukan tawa.

Iya, itu rekan lawyer, selama ini, kok rasanya ga ada hari tanpa tawa. Ada aja yang bikin tertawa tiap hari. Itu satu.

Lalu, internet.

Beda dengan kantor dulu, karena ini firma ada di lantai paling tinggi di gedung, permasalahan sinyal buat hape ga masalah. Yang asiknya, ada wifi di kantor! Wihhh cakep! Ya mengurangi produktivitas dikit, tapi kerjaannya ga banyak. Sekalian belajar ttg Lumia di kantor gitu...

Hal lain, workload.

Workload di firma ini banyak, tapi ga dibikin ngoyo gitu. Istilahnya, lebih santai lah.. Terkadang gabut, tapi ya itu kerjaan pasti kelar kok.. Senior semua pasti bantu, jadi ga ada kekhawatiran di situ. Ilmu juga perlahan didapat.

Bos ngajak main biliar.

Iya ini sih super gokil broooooooo! Kejadiannya baru kemarin dan asik banget ternyata! Semua orang di firma jago main biliar. Lalu dibayarin bos gratis. Asik banget kan ya fufu

Nah, minusnya dari magang ini adalah, waktu PP yang kelewat edan. Kalo pagi, berangkat 630 gitu, nyampenya bisa jam 9. Tapi kalo berangkat 610, nyampenya bisa jam 745. Udah ga ngerti lagi ama labilnya jalan yang ngeselin. Sebenarnya kan waktu itu bisa dipake tidur dan kalo naik mobil pribadi, cukup berangkat setengah sembilan. Tapi itu boros dan bikin diri jadi malas.

Lalu kalo bagian pulangnya, apapun yang terjadi, pulang jam 1730, minimal sampe pasti 1930, ga pernah kurang. Untung ada transjakarta Ragunan Monas yang mempersingkat waktu. Tapi ya pernah juga kok 1730 sampenya 2100.

Oh iya, jam kantor itu 830 sampe 1730. Ga ada absen dan bos ga pernah dateng lebih cepet dari jam 10. Jadi orang kantor santai aja setelat apapun. Maybe I have to try that sometimes ha ha!

Akhir kata, semoga ini menjadi experience magang yang sangat menyenangkan dan berilmu!

Sunday, June 23, 2013

Seperti Anak- Anak

Menko Kesra Agung Laksono mengatakan bahwa rakyat Singapura seperti anak- anak karena banyak mengadu mengenai asap dari Sumatra.

Pada awalnya, saya berpikiran itu keren. Indonesia, direpresentasikan oleh Menteri ini, berani dan tidak takut terhadap Singapura. Sikapnya ini dibarengi dengan Menlu Marty Natalegawa yang menolak meminta maaf atas perkara ini.

PM Lee dari Singapura merespon dengan diplomatis, mengatakan lebih baik bekerja daripada bertukar kata buruk.

Namun saya penasaran apa reaksi masyarakat Singapura. Maka saya pergi ke situs koran mereka, The Straits Times.

Rupanya, berita ini masuk sebagai berita yang terpopuler dan paling banyak dikomentari.

Ketika saya buka komentarnya dan mulai membaca, seluruh isi komentar adalah makian. Makian kepada Agung Laksono dan kepada Indonesia.

Akhirnya saya mengubah pola pikir saya.

Dulu, ketika saya masih anak- anak, saya senang sekali mengadukan kesalahan teman kepada ibu guru. Alhasil, teman tersebut memusuhi saya dan saya tidak memiliki banyak teman. Kemudian saya belajar untuk tidak mengadu dan menjadi cuek.

Perilaku ini ditanamkan kepada setiap anak- anak di Indonesia bahwa mengadu adalah tidak baik.

Alhasil, lihatlah sekarang. Dengan tidak mengadu dan menjadi acuh, lihat negara ini sekarang. Kacau tidak jelas, dari hal yang paling kecil, sampai yang besar.

Sampah dimana-mana, perilaku lawan arus dimana- mana. Kerusakan berbagai fasilitas dimana- mana.

Semua dibiarkan begitu saja.

Karena masyrakat tahu, tetapi diajarkan untuk tidak peduli. Untuk tidak mengadukan kepada penegak hukum setiap pelanggaran tersebut.

Dari pernyataan Agung Laksono tersebut, terkesan bahwa Indonesia sudah dewasa, sudah bisa mengendalikan semuanya sendiri. Tapi nyatanya tidak.

Cukup disayangkan, semua negara maju sekarang ini, rakyatnya adalah pengadu.

Kesimpulannya? Negara ini terbelakang karena penduduknya sendiri yang tidak peduli.

Beranikah mengadu? Tidak, itulah Indonesia.

Saturday, June 22, 2013

#switchtoLumia

Minggu 16 Juni 2013, berakhirlah era blackberry bagi gw. Saatnya tepat untuk meninggalkan ponsel tersebut dan menggantinya dengan yang lebih baru dan segar.

Yep, it's time to #switchtoLumia.
It's Lumia 920.

What is Lumia? Lumia adalah seri smartphone dari Nokia, dengan OS Windows 8. Singkatnya sih begitu, soalnya gw ga akan mengulas fitur- fitur yang detil. Cuma gw akan membahas beberapa  keunggulannya aja.

>> Windows 8 dan Office
Siapapun yang bilang bahwa BlackBerry adalah smartphone adalah cukup aneh. Ketidakmampuannya dalam menciptakan dokumen untuk pekerjaan setiap hari saja sudah absurd. Lain halnya dengan Lumia ini, sudah dilengkapi dengan Office seperti MS Word, MS Excel dan MS PowerPoint. Sekarang, bikin tugas apapun udah bisa di ponsel dan kompatibel ke seluruh komputer di dunia.

>> Pureview
Satu hal yang spesial dari Nokia sedari dahulu adalah kualitas kameranya. Di Lumia 920 ini, kualitas foto sangat amat top! Rekan kantor juga mengiyakan hal tersebut. Gambar tajam dan di pencahayaan kurang, tetep bagus. Nokia juga menyediakan Creative Studio untuk jadi semacam photoshop di ponsel.

>> Nokia City Lens
Fitur ini, membuat ponsel seperti GPS, yang bisa memberikan info mengenai point of interest di sekitar. Eits, ini bukan peta, tapi dia memberikan info berdasarkan posisi kita ada dimana. Waktu itu ngetes di rumah, ada apaan aja, ternyata ampe warung makan kecil pun ada. Salut.

Pada akhirnya, gw ga salah pilih hape untuk menggantikan "dumbphone" gw itu. No android, karena terlalu pasaran, sedangkan iPhone terlalu premium. Windows Phone menjadi penengah dan data menunjukan pertumbuhan pesat yang mengalahkan pertumbuhan kedua ponsel tersebut.

So, let's #switch.

Penampakan Lumia:

Tuesday, June 18, 2013

Indonesia Versus Belanda

Kabar ini mulai beredar sekitar bulan Februari, kalo ga salah. Bahwasanya KNVB akan datang ke Indonesia dan melaksanakan friendly match dengan PSSI. Sontak, gw seneng banget! Belanda itu tim yang gw suka dan gw dukung selagi perhelatan piala dunia atau euro.

Alasan gw suka Belanda itu.. Permainan yang memikat dari individunya. Waktu itu di tahun 2002, menyaksikan keganasan Ruud Van Nistelrooy di MU yang membuat gw terkagum- kagum. Tapi di 2002 itu, Belanda gagal masuk ke piala dunia di Jepang.

Nah, akhirnya kabar tadi itu terimplementasi di Jakarta 7 Juni 2013. Di Stadion Utama Gelora Bung Karno.

Awalnya mau nonton ama temen- temen, tapi kemudian nyokap mengusulkan nonton ama bokap aja. Ternyata bokap mau dan justru temen- temen batal semua. Beli tiket kelas I seharga 300ribu rupiah.

Pada hari H, berangkat dari rumah jam 4an. Tapi ternyata jalan macet kemana- mana dan akhirnya sampe di  Senayan jam 6 kurang. Celetukan pertama bokap adalah "wah ini masih dua setengah jam lagi." Emang ini match agak konyol. Masa match jam setengah sembilan malam. Biasa juga jam 7 udah mulai.

Akhirnya kami menunggu dan menunggu. Ngelihatin orang yang masuk makin banyak. Ngelihatin lapangan disemprot air pake water cannon. Yang bikin kesel sedikit, sinyal gw ilang di dalem GBK itu. Tetapi akhirnya terhibur oleh beberapa hal...

1. Bule banyak banget yang nonton! Dan mereka pake embel aneh2 sambil teriak teriak seru- seruan. Penonton Indonesia sontak ketawa dan ikut meladeni penonton bule itu. Bahkan ada yang foto bareng karena amat eksentrik.

2. Ada yang latihan! Nah ini untungnya nonton langsung. Bisa liat pemainnya latihan, yang mana ga disiarin di teve. Ya cukup memuaskan, di kala sudah dua jam bosan melihat lapangan rumput yang itu- itu aja.

Jam 2030. Let the match begins! Setelah banner fifa, ada satu bagian yang spesial. Lagu kebangsaan. 80000 orang di SUGBK, menyanyikan Indonesia Raya bersama. Tidak ada yang lebih nasionalis dari itu. Merinding dan bangga ama Negeri. Terus bokap ngeledek, "di stadion nyanyinya kenceng, di gereja tidur." Ah yasudahlah gapapa itu kan sesekali.

Lalu... KICK OFF!! Baru mulai, Indonesia udah oper bola ke belakang dan main di antara mereka sendiri. Penonton yang kesel mulai nyeletuk "masak terus, goreng terus bolanya!!!" Mksdnya itu mereka bukannya maju menyerang ke depan malah tampak kebingungan sendiri... Gw tersenyum, ya habisnya memang lucu gitu lho haha!

Lalu yang dilihat di babak pertama adalah seri 0-0, Belanda lebih mengambil inisiatif permainan tapi Indonesia sesekali serang balik. Cukup mengagumkan, semenjak yang dilawan ini tim kelas atas. Jadi pada dasarnya, penonton cukup puas dengan penampilan babak pertama. Sukur sukur kita bisa tahan seri, meminta gol itu cukup muluk.

Di babak dua, pemain Indonesia mulai loyo dan hasil akhirnya 0-3 dengan gol dicetak Siem de Jong dan Arjen Robben. Robben emang jadi ancaman maksimal buat pertahanan. Apa yang dilihat penonton adalah lini belakang terlalu terfokus ke yang membawa bola, akibatnya Robben di blind side Indonesia, onside dan ngetem. Bola dioper ke dia, akhirnya dia lari sekuat mungkin dan menusuk pertahanan Indonesia. Pattern-nya begitu saja..

Satu hal yang gw kesel, banyak banget fans alay yang cuma mendukung atau bahkan mengenal satu individu dalam tim, seperti RvP, Robben, Sneijder dan Kuyt. Mereka menutup mata ke pemain lain yang justru lebih berperan. Kiper Vermeer dan Cillessen dari Ajax, bek Pieters dan Vlaar serta Heitinga, lalu Siem de Jong itu sendiri. Belanda bukan cuma RvP dll itu coi, jangan bikin malu lah.

Pada akhirnya ini menjadi momen yang sangat menyenangkan, bisa lihat Belanda bermain langsung. Bokap juga enjoy ama suasana SUGBK dimana semua orang memiliki maksud yang sama. Harapannya, semoga MU dateng :D