Sunday, October 28, 2012

Bahasa

Sedari dulu, bokap selalu memberanikan diri gw untuk berbicara dalam Inggris dengan orang luar, entah di dalam negeri ataupun di dalam negeri (semisal Bali.)

Hal yang sama yang selalu beliau gunakan untuk menyemangati gw, "Tenang ko, mereka kalo kamu salah ga akan diketawain. Mereka malah respect ama orang kaya kamu gitu."

Tetapi, ya cukup susah lah untuk berbicara seperti itu. Apalagi dulu masih kecil, jadinya, ya bokap bisa lah handle sendiri kebutuhan kami sekeluarga ketika kami di luar negeri. 

Sampai akhirnya, kemarin gw ke Singapore dan ditinggal sendiri di sana. Barulah merasakan, karena kepepet pula, maka harus ngomong, kalo engga ya kacaulah dunia. Lagipula, sudah besar pula juga. Masak kan ga bisa berbicara Inggris, ya setidaknya untuk dapat dimengerti di sana.

Pulangnya, gw merenung sendiri. Sangat benar yang apa bokap bilang. Salah pun, tidak ada yang peduli, malahan kita bisa semakin berani dan melatih diri.

Kemarin bokap bercerita. Kembali ke masa dia masih SMA, dia les bahasa Inggris di ILP. Seorang temannya dalam conversation salah grammar. Sontak, sekelas mentertawakan. Apa yang terjadi? Pengajarnya yang pada saat itu merupakan WNA, memarahi satu isi kelas tersebut.

Pelajaran Inggris yang seharusnya berlangsung selama 4 jam, 3 jamnya dipakai untuk marah- marah, bokap mengenang. Pada akhirnya, pengajar tersebut melontarkan kata- kata: 

"Mengapa kalian mentertawakan teman kalian sendiri yang salah dalam bahasa Inggris ataukah saya yang salah dalam berbahasa Indonesia?! Sedangkan saya tidak pernah mentertawakan anda!"
Akhirnya saya membawa ke perenungan ini. Memang bagi kita, orang Indonesia, sangatlah asik untuk mentertawakan kesalahan orang lain. Semua seakan- akan merasa lebih baik dari orang yang melakukan kesalahan tersebut.

Kita kehilangan satu hal penting yang dimiliki orang luar.

Orang luar selalu bangga ketika bahasanya dipakai dan dengan senang hati membantu kita untuk menjadi lebih baik. 

Sedangkan,

Kita tidak memiliki hal itu dan sama sekali tidak membuat pemakluman atas kesalahan yang orang luar lakukan ketika mereka mempelajari bahasa kita. Akibatnya, orang luar menjadi malas untuk mempelajari bahasa kita dan merugikan kita. 

Miris sih, ketika orang Indonesia pun sudah merusak tatanan bahasanya sendiri, dengan bahasa gaul yang tidak jelas tersebut. Kemudian, kita mentertawakan orang luar negeri yang secara ketatabahasaan (bisa jadi) lebih benar dari kita sendiri.