Monday, September 7, 2015

Belitung!

Setelah perencanaan super singkat, tanggal 4-6 Juli kemarin, kami sekeluarga pergi ke pulau Belitung. Beli tiket pesawat, hotel, kaya baru seminggu sebelumnya. Juga rental mobil ama driver di sana dilakuin dengan ngebut. Biasanya buat ke Bandung bisa rundingan lama banget, ini kilat X))

Pesawat ke Belitung engga banyak, cuma ada Citilink, Sriwijaya dan Garuda yang direct. Berangkat di jam pertama pake Citilink, ternyata pesawat itu penuh ama wisatawan. Kabarnya, karena film Laskar Pelangi-lah, kunjungan ke Belitung melonjak drastis.

Lalu untuk travel di Belitung, sangat direkomendasikan untuk sewa mobil sekaligus drivernya. Biasanya berkisar 500rb per hari include bensin. Untuk lama perjalanan juga, cukup 3 hari 2 malam udah bisa keliling pulau dari ujung ke ujung.

Pas sampe, yang beneran kerasa adalah udara bersih. Bersih banget! Segala kesumpekan Jakarta langsung ilang. Bandara sepi, jalanan sepi, langit biru. Pas sampe, kita langsung menuju ke Belitung Timur. Belitung Timur ini daerah bekas Ahok, dimana adiknya, pak Basuri juga sedang memimpin.

Perjalanan ke Belitung Timur memakan waktu sekitar 2-3 jam, tergantung kecepatan si pengemudi. Tempat pertama yang dikunjungi adalah replika sekolah Muhammadiyah, tempat Andrea Hirata dkk bersekolah.


Jadi, di satu kawasan itu, sudah didedikasikan juga menjadi kawasan wisata. Sedikit perjalanan dengan mobil, kemudian kita sampe di Museum Kata. Museum ini dibuat Andrea Hirata dan berisikan berbagai benda- benda yang sehubungan dengan karya- karya dia, terutama novel Laskar Pelangi. Juga ada pengakuan- pengakuan internasional dan buku Laskar Pelangi yang diterjemahkan ke berbagai bahasa.


Habis itu, laper XD

Dibawalah oleh driver ke tempat langganan wisatawan. Namanya restoran Fega. Terletak di ujung timur Belitung, restoran ini langsung menghadap laut dan suasananya bagus. Tapi untuk makanannya biasa- biasa aja... Untuk kuliner khas Belitung itu ikan gangan. Ikan gangan ini seperti sop ikan dengan kuah yang kuning banget. Dan kami sekeluarga juga biasa aja dengan ikan gangan itu. Papa ama dede malah engga mau makan lagi.

Setelah itu, kita dibawa ke rumah pak Ahok. Rumahnya gede dan ada penghuninya (katanya driver itu ibunya masih ada di situ) tapi untuk umum boleh datang dan liat- liat. Di depan rumahnya, ada juga rumah makan yang lagi dibangun.


Dari rumah Ahok, ada juga komplek klenteng Dewi Kwan Im yang besar dan megah. Tapi engga terlalu banyak kegiatan yang bisa dilakukan disini, selain karena engga enak juga kalau mengganggu ibadah orang.


Kita juga mengunjungi beberapa pantai di Belitung Timur, tetapi kurang begitu berkesan. Engga kotor, cuma memang kurang bisa menarik wisatawan karena kurang dikembangkan dengan baik. Kami datang sudah dengan ekspektasi bahwa pantai di Belitung Timur memang kurang menawan. Pantai yang sudah dikembangkan baik itu di Belitung Barat.

Kami nginep di Grand Hatika, dimana di seberang hotel itu langsung ada pantai yang udah dijadikan kawasan wisata seperti Jimbaran. Hari Sabtu itu bisa langsung dapet sunset juga. Tapi karena sudah diajak driver untuk makan chinese food di restoran Dynasty, engga makan di kawasan pantai itu. Oh iya, buat masuk pantai itu bayar 2rb :))

Di restoran Dynasty itu, pas banget lagi ada kawinan. Jadi susah banget buat dapet tempat duduk. Di sini bisa coba rajungan goreng khas Belitung yang enak banget! Tapi selebihnya, seperti restoran di Jakarta.

Hari Minggu, agendanya keliling pantai di Belitung Barat dan pergi ke pulau- pulau. Berangkat hari itu agak pagi, biar ga gosong di pulau- pulau. Untuk berangkat ke pulau, kita harus ke pantai Tanjung Kelayang. Rupanya, si driver juga punya restoran disini.  Tapi pantainya sendiri juga biasa aja, karena udah jadi pangkalan buat perahu- perahu.

Destinasi pertama dari perjalanan perahu itu gugusan batu garuda. Kalo dari jauh, batu ini keliatan seperti kepala garuda. Kata yang bawa perahunya, gugusan batu itu diubah sedikit biar jadi keliatan kaya burung garuda.


Selanjutnya, ke Batu Berlayar. Kenapa disebut begitu? Karena sebenarnya batu ini kalau lagi pasang tenggelam. hanya keliatan ujung batunya, yang mirip layar kapal. Tapi karena pas dating lagi surut banget (keliatan dari garis air di batunya), jadi kita bisa menjejakan kaki di batu- batu ini. Malah ga keliatan kaya layar X)).


Ada juga Pulau Pasir, begitu penduduk lokal menyebutnya. Sebenarnya ga memenuhi unsur pulau, karena pasang sedikit aja Pulau Pasir ini udah ilang ditelan laut. Gw pribadi paling seneng di Pulau Pasir ini karena pasirnya bener- bener halus banget kaya bedak bayi. Enak buat mainan juga, lalu ada beberapa bintang laut. Tapi karena cuma ada pasir, jadi matahari itu menyengat banget ga ada halangan apa- apa. Kelar makan siang, pulau ini udah ga ada. Jadi emang harus pagi kalo mau ngerasain pulau ini.
 

Pulau selanjutnya, pulau Lengkuas. Di pulau ini yang paling terkenal adalah mercusuar yang dibangun Belanda. Selagi perjalanan, dan merasakan jauhnya perjalanan pulau, walau pake speedboat, kepikiran juga: "Belanda ini nganggur atau apa, kok bangun mercusuar di sini." Tapi pas dating, mercusuarnya ga bisa dikunjungi karena lagi dilaksanakan perawatan berkala, tepatnya lagi dicat ulang.


Habis mercusuar, makan siang di pulau. Pulaunya emang udah dijadiin restoran dan ada juga wilayah konservasi penyu. Hari itu lagi terik- terik banget, jadi minim banget di pantainya XD Tapi untungnya konservasi penyu adem, jadi bisa berlama- lama di tempat penyu. Sumbangan buat konservasi penyu itu 5rb per orang, boleh juga lebih.



Dari pulau, lanjut ke tempat legendaris pulau ini. Pantai Tanjung Tinggi, pantai tempat shooting Laskar Pelangi. Pantainya yang ini bener- bener bagus! Pasirnya paling halus kalo dibandingin ama semua pantai yang pernah kami kunjungi. Lalu batu- batu besar ini... datengnya out of nowhere :))



Memang pantai ini udah jadi lokasi yang wisatawan incar banget. Pantai ini lokasinya hampir di ujung utara Belitung Barat, masih remote dari kota, dan hebatnya bener- bener dirawat. Syukurlah wisatawan tau diri untuk ga nyampah..

Untuk wisata hari terakhir, kami mengunjungi satu gereja di Tanjung Pandan, yaitu Gereja Regina Pacis. Gerejanya bersebelahan dengan Masjid juga dan deket banget ama hotel ternyata. Terus kita juga ke Danau Kaolin, danau bekas tambang timah yang gede dan dalem banget. Entah mengapa bagus, padahal harusnya jelek, karena menunjukan lepasnya tanggung jawab penambang timah.


Di tengah kota Tanjung Pandan, ada ikon dari Belitung, yang ternyata bukan timah atau laskar pelangi. Namanya batu satam. Konon batu ini merupakan meteor yang pernah jatuh di Tanah Belitung.


Untuk kuliner, kita sempet nyobain mie Atep yang terkenal banget. Tapi gw pribadi kurang oke dengan mie itu karena... ga kaya mie sebenarnya. Lalu ada juga martabak yang disini namanya hok lo pan. Jualannya di gerobak juga, sama kaya martabak Bangka di berbagai belahan Jakarta.

Khusus buat yang ga halal, ada mie Belitung yang lain banget ama mie atep. Ini lebih ke arah mie babi. Namanya mie Nyong Choi. Kata driver, jam 11 pagi udah abis. Jadi misal naik flight pertama, langsunglah ke bakmi ini. Lalu yang bisa dibawa pulang adalah rajungan isi siap goreng. Siap siap ketagihan :P

Daannn tibalah saatnya untuk pulang ke ibukota. Pasti gw balik lagi. Meskipun ga keliling pulau lagi, tapi pasti. Belitung is a perfect getaway. Walau cuma leyeh- leyeh di hotel, tapi suasananya bener- bener tenang dan damai.

Thank you Belitung!

Thursday, May 14, 2015

RGM-96X Jesta Cannon

Finally! Lama mengincar beli kit ini karena kotaknya keren banget awalnya. Terus liat hasil orang bikin, malah makin menggiurkan! Emang ini suit buatan EFSF bagus- bagus, tapi saying pilotnya bego- bego jadi keliatan cupu (?)

HGUC RGM-96X Jesta Cannon Box Art
Awalnya gara- gara kotak
 
 
Kit ini dibeli ga lama habis xincia, mumpung ada angpau yang melimpah kan :P
Tapi lama banget ga dirakit karena project itu lagi.
 
Akhirnya, di weekend setelah project kelar, dan pas banget long weekend hari buruh, mulailah proses rakitnya. Karena udah lama ga ngerakit, alhasil kemampuan mulai usang. Jadi pelan- pelan banget dan ga kelar pada hari itu. Dilanjut lagi minggu depan. Berikut hasilnya:
 
Lihat! Gahar banget! XD
 
 
 
Yang hebat dan membuat gw tertarik beli kit ini adalah, walaupun dia suit buat pilot yang biasa aja, tapi persenjataannya luar biasa mumpuni! Dua rifle, dua beam saber, dua mounted beam dan Vulcan serta missiles di samping pinggul dan kedua kakinya! Dan juga masih ada shieldnya!
 
Hal ini yang membedakan dengan varian Jesta biasa, sebagaimana gw kutip:
"Jesta Cannon is a heavy assault variant of the standard Jesta"
 
Terus juga, kitnya ini lengkap ama stiker Anaheim Electronics, EFSF itu sendiri dan Londo Bell! So awesome! Warnanya juga yang navy gelap menambah kesan cool dan membunuh dari kitnya!
 
Inilah tambahan terbaru koleksi gw dan dia sangat keren! :D
 
 
 
 
 


Welcome, Lumia 435!

Dengan mempertimbangkan meningkatnya gangguan di hari sabtu minggu selama project di kantor dua bulan lalu, dari whatsapp, telepon, dan sms masuk terus di hari sabtu minggu serta pada saat kuliah (yang mana sangat mengganggu), akhirnya diputuskan untuk mencari handphone kedua.

Si ijo ini (panggilan handphone baru ini) berfungsi sebagai handphone buat kerja dan juga grup S2 di salah satu aplikasi chatting.

Mempertimbangkan juga si kuning 920 yang sudah mulai tua (ga kerasa udah hampir 3 tahun!) dan gw merasa kasian kalo memaksa dia harus melakukan semuanya juga.

Jadi kebetulan waktu itu ada promo launching dari Microsoft untuk pembelian online, begini penampakannya:

 
 
Dibeli dengan harga Rp 699.000 ajah plus cicilan 6 bulan. Aslinya sih Rp 799.000, tapi kalo pake visa dapat karting Rp 50.000 dan ada vocer dari blibli Rp 50.000 lagi.

Untuk speknya sih memang ga mumpuni, tapi cukup banget kalo cuma buat kerja dan chat biasa aja. Proyeksinya adalah semua kegiatan multimedia dialihkan ke si kuning. Si ijo murni khusus kerja aja.

Udah dua bulan (tapi baru sempet post sekarang) dan ga ada complain sih. As expected dari OS Windows Phone, dimana hape dengan spek butut pun ga akan ngelag. Dan karena cuma dipake dengan pemakaian normal, batere bisa tahan dua hari.

Sehingga.. Si kuning sekarang bisa istirahat. Biarkan si ijo yang bekerja keras :D

It's colorful! 

Monday, April 27, 2015

Marah

Setelah hampir enam bulan waktu tersita untuk Project K di kantor (termasuk terbengkalainya blog ini), ada beberapa hal yang diingat dari Project itu. Terutama menjelang akhir project.

Marah.

Engga, bukan saya yang marah, tapi orang lain yang marah. Bisa ditebak dong siapa :))

Memang, kalo kerja sampe hari esoknya lagi, biasa yang tersisa ya marahnya saja. Karena faktor kelelahan dan lain. Selain itu juga, faktor mepetnya deadline project, sementara kerjaan masih numpuk. Akhirnya karena stress, marah.

Jadi apa sih itu marah? Entahlah bila menurut KBBI. Tapi saya tahu, kalau beliau sudah mau mulai marah. Yang paling jelas sih nada meninggi dan tatapan mata yang tajam, serta kata- kata yang merendahkan seperti "ngerti ga sih" atau " bukaaan gitu loooo aduuuhhh" dan yang sejenis.

Yasudah, hanya bisa menerima. Karena memang biasanya beliau marah karena kesalahan kami- kami juga. Tapi bukan itu yang mau dibahas disini. Yang dibahas disini adalah marah yang "lucu."

Lucu dalam artian, sebenarnya bukan saya yang salah (karena memang tidak ada kesalahannha), tapi karena tidak ada yang bisa dimarahi lagi, jadinya marah juga gitu. Menjadi lucu karena saya bisa mentertawakan beliau yang kadang tidak meminta maaf. Menjadi lucu melihat harga dirinya lebih rendah dari saya, karena beliau sendiri yang salah, tidak teliti dan lain.

Kejadian pertama adalah kebingungannya sendiri tentang suatu tindakanan suatu perseroan yang nyata- nyatanya beliau perintahkan sendiri.

Sebutlah ada PT A, PT B, PT C, PT D dan PT E. Waktu itu, A, B, C, dan D direncanakan dijual sahamnya ke E. Namun karena satu hal dan lain, A dan B tidak bisa dijual ke E. Sehingga, rencana berubah A dan B dijual ke PT X, sedang C dan D tetap sesuai rencana.

Sehabis saya pulang kuliah, beliau menelepon menanyakan progress penjualan PT ini. Setelah saya jelaskan, beliau marah. "Lho kan A B C D dijual ke E! Gimana sih kamu?!" Katanya dengan nada meninggi. Jujur di saat itu saya bingung. Kok aneh sekali ini. Akhirnya setelah dia selesai marah, saya jelaskan ulang dan tiba- tiba seakan dia tersadar akan kesalahannya. "Oooooooooooo ya ya ya" Begitu reaksinya.

Kesel sih, ditambah lagi mengemudi, jadi kurang konsen. Dan reaksinya begitu saja. Kesel, cuma akhirnya esok harinya saya cerita ke temen- temen kantor untuk dijadikan bahan tertawaan.

Kejadian kedua, mengenai tanggal akta untuk PT A dan B. Beliau berpikir bahwa tanggal akta A dan B harusnya sebelum 31 Maret.

Akhirnya beliau marah besar. "Ini kan harusnya udah keluar aktanya! Ayo dong gimana sih kamu?!" Dan berbagai macam marah- marah yang lain. Rupanya ini masalah terkait audit dan laporan keuangan dan lain yang saya kurang paham. Tapi tetap saja dimarahi. Ultimately, dia menelepon klien untuk menanyakan apakah boleh sebelum 31 Maret. Klien bilang boleh, tak apa. Ini kemenangan pertama saya.

Kemenangan kedua adalah, ketika akta saya terima, ditanggalkan 30 Maret. Wuah, bahagiannya saya. Dan beliau tidak omong apa- apa selain "Good." Tentunya malu besar lah ya, karena sudah marah sedemikian rupa, salah dirinya sendiri. Ingatan ini menjadi manis buat saya.

Dan kejadian ketiga ini, sangat maksimal, karena dia mempermalukan dirinya di depan orang lain. Perihal mengirim dokumen yang salah.

Saya diminta untuk mengirim dokumen untuk klien. Setelah saya cari di inbox, saya kirimkan. Dan siangnya saya kuliah. Sekitar PK 15.00, teman kantor sms saya, katanya beliau marah besar karena saya salah kirim dokumen. Saya memilih untuk mengabaikan telepon dan tidak membuka email. Tetapi sekitar PK 17.00, saya membaca Whatsapp dari beliau tulisannya "Z, have you send this docs? We cant find it"

Dari saat itu, saya mulai menyadari ada yang salah. Kemudian saya sms teman saya untuk menanyakan hal tersebut PK 23.00, tapi tidak dibalas.

Esok harinya, saya membuka email. Ada email berisi marah dari beliau, yang dengan cepat saya abaikan. Kemudian mata saya tertuju pada satu email. "Maaf bu L, ternyata si Z belum kirim dokumennya." Yang terjadi adalah saya tersenyum lebar. Merasakan kemenangan besar ini.

Beliau menuduh saya mengirim dokumen yang salah, akan tetapi yang terjadi adalah kami sekantor juga belum menerima perbaikan dari dokumen itu, yang seharusnya dikirim Z. Lantas, saya memaki- maki dia dalam hati dan dengan kata- kata yang didengar sekantor. Sungguh senang bisa mempermalukan beliau. Senang sekali, karena sekarang beliau di dalam otak saya, bagaikan seekor keledai bodoh.

Sedatangnya beliau ke kantor, beliau tidak mengucap satu kata pun mengenai peristiwa ini. Saya semakin tersenyum, karena ternyata beliau hanya pengecut yang berpikiran seakan tidak ada kejadian yang terjadi. Saya tidak menerima maaf darinya.

Tenang saja, saya bisa jamin, saya tidak akan melupakan ini. Tentu saja, karena itulah saya menulis disini. Agar semua orang bisa lebih tahu mengenai malu yang menimpa dirinya.

Thursday, March 26, 2015

Nah, Just Gettin' Used to It

2015, dimulai dari 2014, saat dimana diminta untuk S2 Kenotariatan di UI Salemba.
Yowislah, sudah "janji" juga setahun sebelumnya, jadi mau ga mau harus ditepati.
Setelah daftar, tes, dan fast forward ke Februari, mulai kuliah di Salemba.
Oke itu satu kesibukan setiap hari, dari PK 14.00 sampai selesai.

Kerjaan di firm?
Lanjut juga ternyata. Malah workloadnya kok nambah seiring waktu.
Klien berdatangan (and acting like bastards) dan ya mau ga mau dikerjain. Kalo engga, dipecat kan.
Dulu, awal tahun 2014, kantor engga se-hectic ini.

Should be happy though, karena bisa makin banyak belajar dan bisa bikin bingung rekan- rekan di kenotariatan kenapa kerja di firm boleh part time.

Tapi, ya... tetep aja susah move on dari pengalaman dimana di awal 2014, engga se-hectic ini, malah cenderung gabut.
Dari dalam diri masih butuh sedikit waktu "senggang" di jam kantor supaya ga terlalu stress, sesuatu yang sekarang ini hampir ga didapat.
Harus mulai membiasakan diri, untuk meng-compress banyak pekerjaan dalam waktu kerja yang berkurang.
Bahkan dua minggu belakangan ini, di hari kamis ga pernah pulang di bawah jam 22.

Hopefully, bisa melewati ini dan project kelar semua.
Amen.

Friday, February 13, 2015

Monday Madness

Senin tanggal 9 Februari menjadi Senin yang sulit untuk dilupakan buat gw. Singkatnya, begini:


Ini pantauan dari lewatmana.com, jam 3 dini hari keesokan harinya.
Yea man, ini jam 3 pagi dan tol dalam kota masih berwarna merah gelap.

Jam 3 pagi, di hari Selasa.

Jakarta sudah gila.

Gw yang kejebak disitu 6 jam sebelumya juga sudah gila.

Kalo kita inget Senin itu, curah hujan yang ga berhenti dari hari minggu membuat Jakarta akhirnya tenggelam sore hari. Dimana- mana banjir. Istana presiden pun banjir.

Akhirnya setelah mengambil keputusan gemilang untuk menunggu di kantor sampai jam setengah Sembilan malam, gw kembali memacu mobil untuk anter pacar gw pulang.

Di situ, perjalanan menyenangkan. Dari Kuningan ke Kebon Jeruk ga sampe 30 menit.

Cilaka adalah, ga melihat pantauan dulu pas sampe di rumahnya dan lansgung jalan. Awalnya, di jalan tol Merak ke Tomang lancar. Begitu juga Tomang sampai Pluit.

Selepas itu, neraka.

Berbagai macam kendaraan, didominasi truk berat, sama sekali tidak bergerak. Sekali bergerak hanya 50 meter. Berhentinya 20 menit.

Awalnya, gw pikir kondisi ini ga terlalu lama. Gw juga terus kontak dengan sepupu gw yang berada sekitar 2 kilo di depan gw. Dia bilang, udah satu jam kejebak dan tujuan (Kemayoran) masih "agak" jauh. Dengan mempercayai itu, gw merasa ini cepat berlalu.

Tapi nyatanya tidak.

Dengan ditemani radio dan karoke sendiri, gw bisa menghalau rasa frustasi yang datang. Sembari dibawa enjoy karena banyak yang terjebak di tempat yang sama.

Namun, kesabaran mulai habis.

Di saat itu juga, lagi ga bisa berkomunikasi dengan pacar. Tapi untung ada Nana yang nemenin untuk beberapa saat.

Nah, ketika ada marka jalan yang menyatakan exit Kemayoran 3,7 kilo lagi, gw menyalakan stopwatch. Langsung aja, ketika gw sampai di exit Kemayoran, stopwatch menunjukan 2 jam 42 menit. Luar biasa untuk 3,7 kilometer di jalan bebas hambatan.

Malam semakin malam dan kemacetan bukan semakin terurai tapi tetap begitu saja.

Usut punya usut, truk dan kendaraan lain mematikan mesin mereka, lalu pengemudinya tidur. Lantas, menunggu mereka yang tidur untuk bangun dan menyalakan mesin ini bikin emosi juga. Jadilah di tol itu, pinter- pinternya meliuk di antara truk besar dan mobil penumpang yang lelet.

 
 
Tapi, sampai di exit Kemayoran, bukan kelegaan yang ditemukan. Tapi kegilaan.
 
Lajur kiri sudah penuh dengan orang yang tertidur dari sejauh satu kilometer, sedangkan lajur kanan sudah berjejalan mobil, mencoba menyodok ke paling depan. Tapi nyatanya sudah useless juga, karena orang memilih tidur.
 
Keesokan harinya, diketahui bahwa orang sudah meninggalkan mobilnya di exit tol karena setelah tol, yang ditemui adalah banjir yang cukup dalam. Sehingga tidak ada yang mau mengambil resiko mobilnya rusak.
 
 
Melihat ini, gw dengan sisa tenaga yang ada langsung memacu ke arah Tanjung Priok, dengan hanya satu tujuan, yakni balik dan tidur di kantor.
 
Benar saja, cuma 15 menit gw udah bisa di kantor lagi. 15 menit untuk mengelilingi Jakarta ditemani truk- truk tanker Pertamina.
 
 
Dalam batin gw, gila ini bener- bener gila. Belum pernah gw ngalamin kaya begini. 6 jam di jalan tanpa harapan apapun. Benar- benar kacau.
 
Akhir kata, inilah Jakarta.
Megapolitan sekejap menjadi kota mati, disebabkan oleh air, sumber kehidupan.
Enjoy Jakarta.