Setelah perencanaan super singkat, tanggal 4-6 Juli kemarin, kami sekeluarga pergi ke pulau Belitung. Beli tiket pesawat, hotel, kaya baru seminggu sebelumnya. Juga rental mobil ama driver di sana dilakuin dengan ngebut. Biasanya buat ke Bandung bisa rundingan lama banget, ini kilat X))
Pesawat ke Belitung engga banyak, cuma ada Citilink, Sriwijaya dan Garuda yang direct. Berangkat di jam pertama pake Citilink, ternyata pesawat itu penuh ama wisatawan. Kabarnya, karena film Laskar Pelangi-lah, kunjungan ke Belitung melonjak drastis.
Lalu untuk travel di Belitung, sangat direkomendasikan untuk sewa mobil sekaligus drivernya. Biasanya berkisar 500rb per hari include bensin. Untuk lama perjalanan juga, cukup 3 hari 2 malam udah bisa keliling pulau dari ujung ke ujung.
Pas sampe, yang beneran kerasa adalah udara bersih. Bersih banget! Segala kesumpekan Jakarta langsung ilang. Bandara sepi, jalanan sepi, langit biru. Pas sampe, kita langsung menuju ke Belitung Timur. Belitung Timur ini daerah bekas Ahok, dimana adiknya, pak Basuri juga sedang memimpin.
Perjalanan ke Belitung Timur memakan waktu sekitar 2-3 jam, tergantung kecepatan si pengemudi. Tempat pertama yang dikunjungi adalah replika sekolah Muhammadiyah, tempat Andrea Hirata dkk bersekolah.
Jadi, di satu kawasan itu, sudah didedikasikan juga menjadi kawasan wisata. Sedikit perjalanan dengan mobil, kemudian kita sampe di Museum Kata. Museum ini dibuat Andrea Hirata dan berisikan berbagai benda- benda yang sehubungan dengan karya- karya dia, terutama novel Laskar Pelangi. Juga ada pengakuan- pengakuan internasional dan buku Laskar Pelangi yang diterjemahkan ke berbagai bahasa.
Habis itu, laper XD
Dibawalah oleh driver ke tempat langganan wisatawan. Namanya restoran Fega. Terletak di ujung timur Belitung, restoran ini langsung menghadap laut dan suasananya bagus. Tapi untuk makanannya biasa- biasa aja... Untuk kuliner khas Belitung itu ikan gangan. Ikan gangan ini seperti sop ikan dengan kuah yang kuning banget. Dan kami sekeluarga juga biasa aja dengan ikan gangan itu. Papa ama dede malah engga mau makan lagi.
Setelah itu, kita dibawa ke rumah pak Ahok. Rumahnya gede dan ada penghuninya (katanya driver itu ibunya masih ada di situ) tapi untuk umum boleh datang dan liat- liat. Di depan rumahnya, ada juga rumah makan yang lagi dibangun.
Dari rumah Ahok, ada juga komplek klenteng Dewi Kwan Im yang besar dan megah. Tapi engga terlalu banyak kegiatan yang bisa dilakukan disini, selain karena engga enak juga kalau mengganggu ibadah orang.
Kita juga mengunjungi beberapa pantai di Belitung Timur, tetapi kurang begitu berkesan. Engga kotor, cuma memang kurang bisa menarik wisatawan karena kurang dikembangkan dengan baik. Kami datang sudah dengan ekspektasi bahwa pantai di Belitung Timur memang kurang menawan. Pantai yang sudah dikembangkan baik itu di Belitung Barat.
Kami nginep di Grand Hatika, dimana di seberang hotel itu langsung ada pantai yang udah dijadikan kawasan wisata seperti Jimbaran. Hari Sabtu itu bisa langsung dapet sunset juga. Tapi karena sudah diajak driver untuk makan chinese food di restoran Dynasty, engga makan di kawasan pantai itu. Oh iya, buat masuk pantai itu bayar 2rb :))
Di restoran Dynasty itu, pas banget lagi ada kawinan. Jadi susah banget buat dapet tempat duduk. Di sini bisa coba rajungan goreng khas Belitung yang enak banget! Tapi selebihnya, seperti restoran di Jakarta.
Hari Minggu, agendanya keliling pantai di Belitung Barat dan pergi ke pulau- pulau. Berangkat hari itu agak pagi, biar ga gosong di pulau- pulau. Untuk berangkat ke pulau, kita harus ke pantai Tanjung Kelayang. Rupanya, si driver juga punya restoran disini. Tapi pantainya sendiri juga biasa aja, karena udah jadi pangkalan buat perahu- perahu.
Destinasi pertama dari perjalanan perahu itu gugusan batu garuda. Kalo dari jauh, batu ini keliatan seperti kepala garuda. Kata yang bawa perahunya, gugusan batu itu diubah sedikit biar jadi keliatan kaya burung garuda.
Selanjutnya, ke Batu Berlayar. Kenapa disebut begitu? Karena sebenarnya batu ini kalau lagi pasang tenggelam. hanya keliatan ujung batunya, yang mirip layar kapal. Tapi karena pas dating lagi surut banget (keliatan dari garis air di batunya), jadi kita bisa menjejakan kaki di batu- batu ini. Malah ga keliatan kaya layar X)).
Ada juga Pulau Pasir, begitu penduduk lokal menyebutnya. Sebenarnya ga memenuhi unsur pulau, karena pasang sedikit aja Pulau Pasir ini udah ilang ditelan laut. Gw pribadi paling seneng di Pulau Pasir ini karena pasirnya bener- bener halus banget kaya bedak bayi. Enak buat mainan juga, lalu ada beberapa bintang laut. Tapi karena cuma ada pasir, jadi matahari itu menyengat banget ga ada halangan apa- apa. Kelar makan siang, pulau ini udah ga ada. Jadi emang harus pagi kalo mau ngerasain pulau ini.
Pulau selanjutnya, pulau Lengkuas. Di pulau ini yang paling terkenal adalah mercusuar yang dibangun Belanda. Selagi perjalanan, dan merasakan jauhnya perjalanan pulau, walau pake speedboat, kepikiran juga: "Belanda ini nganggur atau apa, kok bangun mercusuar di sini." Tapi pas dating, mercusuarnya ga bisa dikunjungi karena lagi dilaksanakan perawatan berkala, tepatnya lagi dicat ulang.
Habis mercusuar, makan siang di pulau. Pulaunya emang udah dijadiin restoran dan ada juga wilayah konservasi penyu. Hari itu lagi terik- terik banget, jadi minim banget di pantainya XD Tapi untungnya konservasi penyu adem, jadi bisa berlama- lama di tempat penyu. Sumbangan buat konservasi penyu itu 5rb per orang, boleh juga lebih.
Dari pulau, lanjut ke tempat legendaris pulau ini. Pantai Tanjung Tinggi, pantai tempat shooting Laskar Pelangi. Pantainya yang ini bener- bener bagus! Pasirnya paling halus kalo dibandingin ama semua pantai yang pernah kami kunjungi. Lalu batu- batu besar ini... datengnya out of nowhere :))
Memang pantai ini udah jadi lokasi yang wisatawan incar banget. Pantai ini lokasinya hampir di ujung utara Belitung Barat, masih remote dari kota, dan hebatnya bener- bener dirawat. Syukurlah wisatawan tau diri untuk ga nyampah..
Untuk wisata hari terakhir, kami mengunjungi satu gereja di Tanjung Pandan, yaitu Gereja Regina Pacis. Gerejanya bersebelahan dengan Masjid juga dan deket banget ama hotel ternyata. Terus kita juga ke Danau Kaolin, danau bekas tambang timah yang gede dan dalem banget. Entah mengapa bagus, padahal harusnya jelek, karena menunjukan lepasnya tanggung jawab penambang timah.
Di tengah kota Tanjung Pandan, ada ikon dari Belitung, yang ternyata bukan timah atau laskar pelangi. Namanya batu satam. Konon batu ini merupakan meteor yang pernah jatuh di Tanah Belitung.
Untuk kuliner, kita sempet nyobain mie Atep yang terkenal banget. Tapi gw pribadi kurang oke dengan mie itu karena... ga kaya mie sebenarnya. Lalu ada juga martabak yang disini namanya hok lo pan. Jualannya di gerobak juga, sama kaya martabak Bangka di berbagai belahan Jakarta.
Khusus buat yang ga halal, ada mie Belitung yang lain banget ama mie atep. Ini lebih ke arah mie babi. Namanya mie Nyong Choi. Kata driver, jam 11 pagi udah abis. Jadi misal naik flight pertama, langsunglah ke bakmi ini. Lalu yang bisa dibawa pulang adalah rajungan isi siap goreng. Siap siap ketagihan :P
Daannn tibalah saatnya untuk pulang ke ibukota. Pasti gw balik lagi. Meskipun ga keliling pulau lagi, tapi pasti. Belitung is a perfect getaway. Walau cuma leyeh- leyeh di hotel, tapi suasananya bener- bener tenang dan damai.
Thank you Belitung!